Indonesia Jakarta

Merindu CFD yang Dulu: Hal-hal yang Membuat CFD Jakarta Tak Lagi Cocok Untuk Berolahraga

Dulu, saat masih berdomisili di ibukota, saya pernah rutin mengawali Minggu pagi dengan berlari di Car Free Day, Jakarta. Rutenya nyaris selalu sama, dari Bendungan Hilir terus ke Jalan Sudirman, berlanjut ke bundaran Hotel Indonesia, lalu lurus sepanjang Jalan Thamrin hingga ke tugu kuda. Dari sana, saya akan berputar lalu kembali ke Bendungan Hilir. Sesekali, saat semangat sedang memuncak, rute tersebut bisa saya ulur hingga memanjang ke GBK, sebelum berbelok dan kembali ke titik semula.

IMG_0092
CFD Jakarta Beberapa Tahun Lalu

Dulu, beberapa tahun lalu, Car Free Day atau CFD Jakarta terasa lega. Pukul 6 pagi, jalanan telah ditutup, lalu pelan-pelan bermunculan orang-orang yang ingin berolahraga. Semata berlari, bersepeda bersama kolega, atau jalan santai sambil ngobrol bersama keluarga. Demikian berlanjut, hingga langit sepenuhnya terang, saat akhirnya CFD ditutup tepat pukul 11 siang.

Dulu, di awal kemunculannya, CFD Jakarta hanya dihiasi tiga-empat seniman kota. Mereka bernyanyi, memainkan beberapa musik, berdiri di sudut-sudut jalan. Memainkan beberapa lagu dengan kesungguhan, menebarkan irama menyenangkan yang tidak mengganggu kuping mereka yang sedang berolahraga.

IMG_9838
Jalan Sudirman

Dulu, CFD Jakarta diadakan untuk membentuk karakter manusia, agar belajar dan terbiasa mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor serta lebih banyak menggunakan transportasi publik. Problema kemacetan sudah sedemikian pelik, sehingga meningkatkan polusi dan memburuknya kualitas udara.

Dulu, menutup dan membebaskan jalan dari asupan kendaraan satu hari dalam seminggu dirasa akan membantu udara Jakarta menjadi sedikit lega. Selain itu, CFD juga diharapkan bisa jadi sarana warga bertegur sapa, semacam ruang publik yang bisa digunakan untuk rekreasi seraya mengolah raga.

IMG_9996
Bundaran Hotel Indonesia

Dulu, CFD Jakarta digadang-gadang punya banyak batasan. Mereka yang ikut serta tidak boleh menyebarkan materi promosi yang akan menimbulkan sampah. Brosur, stiker, flyer, atau poster jelas tidak diizinkan untuk dibagikan. Ada juga aturan untuk tidak melakukan penjualan yang bersifat hard-selling. Juga tidak diperbolehkan melakukan kegiatan bertema SARA, politik, rokok, atau otomotif.

Dulu, kebanyakan masyarakat masih taat aturan. CFD hanya dijadikan arena bercengkrama, berkumpul, atau olahraga sambil tertawa-tawa. Hanya sedikit yang membacanya sebagai peluang berniaga.

IMG_9648
Titik Nol Ibukota

Putaran tahun berlalu, saya meninggalkan Jakarta, dan berlari di CFD Minggu pun tersingkir dari agenda mingguan. Sampai suatu ketika, saya berkesempatan kembali menapaki jalanan ibukota dan menyempatkan diri untuk menyicipi CFD di rute yang sama.

Harus saya akui, saat ini CFD Jakarta terasa sangat berbeda. Tapi entah kenapa, buat saya perubahan suasana tadi membuat CFD menjadi sedikit kurang menyenangkan. Setidaknya untuk berolahraga.

IMG_5805
CFD Hari Ini

Sepanjang perhatian saya, ada banyak hal yang berkontribusi mengubah situasi CFD dan menciptakan kondisi yang tak lagi cocok untuk berolahraga.

Apa saja?

Ini dia.

1. Terlalu banyak orang

Sekarang, di mana-mana di sepanjang area CFD penuh dengan manusia. Terlalu banyak orang malah. Beragam jenis manusia dari kelompok-kelompok berbeda tumpah ruah memenuhi jalan.

IMG_5590
Penuh Manusia
IMG_5814
Penduduk Jakarta Tumpah Ruah Memenuhi CFD Setiap Minggu Pagi

Ada yang sendirian, berdua pasangan, berombongan bersama teman, atau membawa satu pasukan lengkap rekan sekantor. Tidak saja di badan jalan, bapak-bapak, ibu-ibu, abege kekinian, mas-mas, mbak-mbak, serta anak-anak menyemut di trotoar, hingga ke sudut-sudut jembatan penyeberangan.

IMG_5780
Anak Gaul Ibukota
IMG_5792
Bahkan Jembatan Penyeberangan Juga Dipenuhi Manusia

Tentu saja, jalanan yang penuh sesak tidak lagi menyenangkan sebagai tempat berlari atau bersepeda. Bagaimana bisa berlari dengan nyaman bila setiap beberapa saat harus berhenti karena di depan ada serombongan orang yang berjalan pelan memblok seluruh jalan.

IMG_5601
Kondisi yang Kurang Memungkinkan Untuk Berlari Dengan Nyaman

Bergeser cepat ke kiri atau kanan juga sama-sama tidak memungkinkan. Menyebalkan jika itu terjadi saat kita tengah semangat-semangatnya berlari. Jadi mengacaukan ritme karena harus sering-sering berhenti.

IMG_5616
Permisi, Numpang Lewat

Selain itu, CFD yang terlalu ramai juga membuat beberapa titik jalan yang penuh sesak menjadi terasa pengap. Bayangkan ratusan orang berkeringat berdesak-desakan. Itulah sebabnya, sangat dianjurkan untuk setidaknya menggunakan deodoran sebelum datang ke CFD. Demi kemaslahatan umat.

2. Pedagang yang merajalela

Tidak sepenuhnya keliru jika CFD saat ini disebut lebih mirip pasar tumpah. Sepanjang jalan dengan mudah ditemui orang berjualan, dengan titik pusat keramaian pedagang berkisar dari Stasiun Sudirman hingga Djakarta Theater di Jalan Thamrin.

IMG_5583
Pedagang yang Berjualan di CFD

Sebenarnya pedagang juga berjualan di titik-titik lain sepanjang jalan, tapi di kawasan tadi jumlahnya melebihi pedagang di area lainnya.

Pedagang-pedagang tersebut sebagian di antaranya adalah pedagang profesional yang memang sehari-hari menjadikan jual beli sebagai profesi. Namun, tidak sedikit juga yang merupakan pedagang dadakan. Umumnya anak muda yang mencari tambahan rezeki di Minggu pagi.

IMG_5596
Selain Menggunakan Stand Atau Tenda, Sebagian Pedagang Juga Menggunakan Keranjang dan Gerobak

Lalu apa saja yang dijual pedagang-pedagang tadi di CFD?

Saya mencoba mengamati dan menemukan bahwa di “pasar” CFD, kita bisa menemukan hampir segala jenis barang.

Sebagai contoh, kita bisa dengan mudah menemukan pedagang segala jenis minuman dan makanan yang menyasar orang-orang yang kelaparan sehabis berolahraga.

IMG_5710
Pedagang Susu
IMG_5719
Otak-otak Ikan
IMG_5753
Sate Padang, Anyone?
IMG_5720
Pedagang-pedagang Air Mineral yang Harganya bisa Berubah Setiap Beberapa Puluh Meter (Biasanya Semakin Dekat ke Monas Harga Air Botolan Akan Semakin Mahal)

 

IMG_5736
Pedagang Gulali

Tidak hanya kuliner, di CFD juga bisa ditemui beragam barang-barang lainnya, mulai dari yang biasa saja, hingga yang tidak terduga.

IMG_5600
Celana Jeans
IMG_5626
Tas Ransel
IMG_5611
Sepatu
IMG_5655
Aksesoris
IMG_5654
Diecast Mobil-mobilan
IMG_5656
Pakaian Anak
IMG_5722
Mainan Perahu
IMG_5741
Bantalan Jarum
IMG_5614
Bahkan Ada Pedagang Remote dan Antena Televisi

3. Trotoar yang dijajah

Saat ini ruas-ruas trotoar yang berdekatan dengan area CFD telah berubah fungsi menjadi lahan parkir. Tentu saja tidak gratis. Ada oknum-oknum yang menyamar menjadi petugas parkir, mengizinkan lahan trotoar menjadi tempat parkir ratusan motor, dan menarik biaya parkir atas kendaraan-kendaran tersebut.

IMG_5582
Lahan Parkir Dadakan

Saya tidak melihat mereka mengenakan seragam tukang parkir resmi Pemprov, sehingga kemungkinan aksi mereka adalah aksi illegal. Area-area parkir liar di sekitar Sudirman Thamrin ini tentu saja mengganggu pejalan kaki yang hendak menggunakan trotoar untuk berjalan kaki.

Harus diakui, kemunculan area parkir liar ini sebenarnya juga merupakan akibat dari malasnya warga menggunakan transportasi umum untuk menuju lokasi CFD. Ketimbang menggunakan Transjakarta misalnya, banyak yang lebih memilih menggunakan motor pribadi, memarkirnya di dekat area CFD, lalu melenggang pergi.

IMG_5632
Deretan Motor yang Diparkir memenuhi Trotoar

Selain itu, trotoar Sudirman Thamrin (yang sekarang telah diperbaiki dan diperluas) pada Minggu pagi juga nyaris tidak bisa dilewati karena penuh oleh pedagang. Sebagian bahkan nekad memasang meja dan kursi di belakang gerobak dagangan. Beberapa ruas trotoar sepanjang jalan utama tersebut benar-benar terblokir sepenuhnya oleh pedagang.

IMG_5624
Trotoar yang Penuh Lapak Pedagang
IMG_5730
Pedagang Memenuhi Trotoar Dengan Kursi dan Meja

Pemprov DKI setahu saya memang memberi izin bagi pedagang untuk berjualan di trotoar selama CFD. Pedagang malah tidak diperbolehkan berjualan di badan jalan. Hanya saja, kebijakan ini tentunya juga tidak memperbolehkan pedagang memblokir akses trotoar. Yang terjadi saat ini, ruas jalan dipakai untuk berjualan, sementara akses trotoar juga banyak yang tertutup oleh pedagang-pedagang dadakan tersebut.

4. Sampah yang berserakan

Meskipun Sudirman dan Thamrin menyandang status sebagai jalan utama ibukota, tetap saja sebagian pengunjung CFD tidak malu-malu membuang sampah seperti bekas botol minuman atau kemasan makanan begitu saja ke jalanan. Bahkan saat posisi tong sampah hanya berjarak beberapa meter dari mereka.

IMG_5717
Sampah Di Mana-mana
IMG_5840
Makan Sambil Nyampah

Tidak lupa, segala macam pedagang CFD biasanya juga membiarkan sampah bertebaran di sekitar gerobak dan meja-mejanya. Siang hari saat CFD berangsur sepi, petugas kebersihanlah yang ketiban pulung menyapu dan mengumpulkan sampah orang-orang tak bertanggungjawab tadi.

5. Transjakarta yang terhambat oleh peserta CFD

Di minggu pagi saat CFD dilaksanakan, koridor I Transjakarta yang melayani rute Blok M – Kota tetap buka dan melayani penumpang seperti biasa. Sayangnya, sebagian peserta CFD seolah lupa bahwa Transjakarta tetap beroperasi. Mereka tetap saja memakai jalur khusus bus tersebut untuk berlari dan bersepeda.

IMG_5642.JPG
Transjakarta Terpaksa Menurunkan Kecepatan Saat Berpapasan Dengan Kerumunan Orang-orang Yang Menggunakan Jalur Busway

Akibatnya, operasional Transjakarta menjadi sedikit terhambat karena orang-orang tadi tidak sigap menyingkir saat ada bus yang mendekat. Sebagian tetap berleha-leha dan memaksa sopir bus memperlambat kendaraannya, meskipun telah diingatkan dengan klakson berkali-kali. Ketidakpedulian sederhana ini tentu berdampak pada penumpang bus  yang mungkin saja sedang bergegas ke tempat tujuan mereka.

6. Proyek pembangunan di sepanjang jalan

Dibandingkan beberapa tahun lalu, pemandangan di kiri kanan jalan sepanjang lokasi CFD sudah banyak berubah. Di banyak titik bermunculan proyek pembangunan gedung-gedung baru yang mengubah skyline Jakarta.

IMG_5627
Proyek Pembangunan di Jalan Thamrin

Selain itu, saat ini juga tengah dilaksanakan proyek perbaikan dan pelebaran trotoar, serta proyek pembangunan MRT Jakarta. Pelaksanaan proyek-proyek tersebut membuat beberapa tempat di sepanjang jalan ditutup dan mempersempit ruas jalan.

IMG_5631
Proyek Pembangunan MRT

Namun, poin yang satu ini dapat saya maklumi karena memang memiliki tujuan dan manfaat yang jelas.

7. Terlalu banyak kegiatan masyarakat yang tidak terkoordinasi

Ada banyak kegiatan yang dilakukan oleh komunitas-komunitas masyarakat di CFD Jakarta. Misalnya senam pagi institusi itu atau gerak jalan lembaga anu. Belum lagi kumpul-kumpul klub A, jalan santai komunitas B, unjuk gigi sanggar C, kampanye program D, ondel-ondel E, pagelaran budaya F, dan sebagainya.

IMG_5702
Kegiatan Pemeriksaan Kesehatan Oleh Suatu Komunitas
IMG_5607
Pengamen Ondel-ondel
IMG_5708
Cosplay

Sejatinya pelaksanaan kegiatan semacam itu sah-sah saja sepanjang tidak membawa tema SARA atau kampanye bernuansa politik. Hanya saja, terkadang semua kelompok seperti berebut mengkapling tempat dan memenuhi badan jalan. Alih-alih suasana karnaval yang meriah, yang terasa malah situasi yang semrawut.

IMG_5684
Kampanye Sosial
IMG_5748
Marawisan

Begitulah.

Saya sendiri tidak bisa memutuskan apakah hal-hal yang saya sebutkan di atas tadi membuat suasana CFD menjadi tidak menyenangkan buat semua orang, karena nyatanya tetap banyak wajah-wajah ceria dan bahagia yang saya temui di sepanjang jalan.

Setiap orang tentu punya standar dan ekspektasi berbeda. Namun, buat saya, hal-hal tersebut membuat CFD Jakarta sekarang terasa kurang cocok untuk mereka yang benar-benar berniat olahraga.

IMG_5787
CFD Sekarang

CFD sekarang lebih tepat disebut sebagai tempat rekreasi warga, jalan-jalan santai bersama keluarga, mencari sarapan, mencicipi beragam kuliner dan cemilan, belanja dadakan, ber-selfie dan berfoto, atau sekedar merasakan jalanan ibukota kembali menjadi tempat interaksi antar penduduknya.

IMG_5843
CFD Sebagai Sarana Interaksi Warga

Bagaimana menurut Anda?

7 comments

    1. Sepakat mas. Masalahnya kita kan kalau abis olahraga bawaannya emang pengen langsung ngemil atau sarapan ya. Jadi semacam simbiosis mutualisme juga. Hehe.
      Mungkin kalau yang mau fokus olahraga sebaiknya ke GBK ya mas, kalau mau jalan santai sambil cari sarapan bisa ke CFD.

      Liked by 1 person

  1. Kayak kapal tumpah ya mas, bedanya ini kapalnya ribuan sehingga semua ABK nya pada turun ke daratan semua …

    Saya pernah tinggal di (pinggiran) Jakarta dan gak terlalu pengen ke CFD wkwkw…

    Di kota kecil, di remote area yg sekarang saya tinggali pun sekarang ada CFD, olahraganya sebatas ibu2 yg aerobik, selebihnya ke CFD buat kulineran dan cari sarapan mas 🙂

    Liked by 1 person

    1. Dulu banget waktu CFD belum sengehits sekarang sih saya cukup menikmati berolahraga di CFD, tapi sekarang agak terganggu sama keramaiannya.

      Solusinya sekarang kalau ke CFD fokusnya saya geser bukan lagi untuk berolahraga, tapi buat jalan santai sambil nyari jajanan. Itung-itung bantu UKM. Sama ya ternyata kebanyakan orang, sarapan for the win! :))

      Liked by 1 person

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: