Siang itu terik di Singapura. Cuaca gerah dengan udara pengap tak berangin, tak ada bedanya dengan Jakarta. Pagi tadi ada semburat awan gelap menyiratkan harapan datangnya hujan. Tapi seperti biasa, kita kerap dipermainkan harapan. Awan gelap tadi berlalu, berganti terik yang bertalu-talu.
Namun begitu, saya tetap berjalan, bergegas melangkah menjauh dari stasiun MRT Haw Par Villa yang dilewati Circle Line MRT Singapura. Saya tak sabar untuk segera mencari angin sambil mengelilingi tujuan saya kali ini: Haw Par Villa.

Boleh jadi tidak banyak yang familiar dengan nama Haw Par Villa. Meskipun turis Indonesia memegang jumlah terbanyak dalam jumlah kunjungan ke Singapura, sebagian besar pelancong dari negara kita justru asing dengan nama tersebut.
Pesonanya -jika diasumsikan tempat ini memiliki pesona tertentu-, terasa masih kalah dibanding wisata belanja, taman hiburan, atau kemegahan Orchard Road yang sudah terlalu lama masuk dalam daftar-tempat-yang-wajib-dikunjungi-di-Singapura versi turis Indonesia.

Haw Par Villa adalah sebuah theme park kecil bernuansa Tiongkok. Sederhana, cenderung lusuh dan tua, serta ditanami pepohonan dan tanaman yang tidak seberapa rimbun. Daya tarik taman ini justru terletak pada pilihan tema dan dekorasinya.
Taman yang didirikan pada tahun 1937 ini dihiasi dengan puluhan patung-patung absurd. Terdapat sekitar 1000 patung dan 150 diorama di taman ini. Selain itu, di bagian depan taman terdapat satu bangunan semacam museum berisi diorama dengan tema super spesifik: Penghakiman Neraka.
Dari stasiun MRT, gerbang taman Haw Par Villa dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama tiga menit. Selepas gerbang, terdapat beberapa papan yang menyajikan informasi tentang Haw Par Villa dalam tiga bahasa, Inggris, Mandarin, dan Melayu. Penjelasan dilengkapi pula dengan foto-foto kusam ukuran 3R yang dicetak secara manual, khas 90an.

Disebutkan, ide pembangunan Haw Par Villa berawal saat pendirinya pindah dari Burma (sekarang bernama Myanmar) ke Singapura. Pendirinya berkeinginan agar pengunjung taman ini dapat mencoba perjalanan menjelajahi mitologi Tiongkok.
Haw Par Villa diharapkan dapat memberikan suasana menyenangkan di mana anak-anak dapat belajar tentang mitologi Budha, Konghucu, dan Tao. Saat ini, taman seluas 3.2 Ha ini sepenuhnya dikelola oleh Singapore Tourism Board dan digratiskan untuk umum; salah satu alasan buat saya mengunjunginya.

Nama Haw Par Villa sendiri berakar dari nama pendirinya, dua bersaudara Aw Boon Haw dan Aw Boon Par. Jika Anda pernah mendengar produk balsem bermerk Tiger, mereka berdua ini adalah pemilik perusahaan pembuat balsem tersebut.
Memasuki taman, aura lusuh terasa tidak terelakkan. Taman ini punya aura kusam meskipun patung-patung dekorasinya dicat dengan warna-warna cerah yang kontras satu sama lain.

Berjalan sekitar 50 meter dari gerbang taman, kita langsung disuguhi atraksi utama: area pameran yang diberi tajuk Ten Courts of Hell (Sepuluh Pengadilan Neraka). Sisi kanan gerbang pameran ini dihiasi dua patung penjaga Pengadilan Neraka. Mereka adalah patung Ox-Head dan patung Horse-Face. Kedua patung ini menyambut pengunjung dengan ekspresi datar namun menyiratkan kekejaman.

Saya menarik nafas sebentar sebelum melangkahkan kaki ke dalam gedung pameran.



Ruang pameran ini lebih mirip terowongan atau bunker, tetapi dengan posisi berada di atas tanah. Tidak ada jendela. Hanya terdapat dua akses; satu lobang di bagian depan sebagai jalan masuk, lalu ujung terowongan sebagai jalan keluar.

Ruang Pameran 10 Pengadilan Neraka dibuat dengan konsep menyusuri lorong. Pengunjung dikondisikan untuk menjelajah lorong demi lorong sambil melihat diorama yang dipasang pada sisi kiri dan kanan lorong.

Siapkan nyali jika mengunjungi pameran ini karena beberapa adegan yang disajikan cukup ekstrim dan mungkin tidak cocok dinikmati oleh semua orang. Suasana yang remang, pencahayaan minim, dan ruangan yang lembab membuat visualisasi dalam pameran ini terasa mencekam.
Belum lagi jumlah pengunjung yang sangat sedikit, sehingga kemungkinan Anda menikmati pameran seorang diri sangat besar. Bukan hal yang bagus jika kebetulan Anda tipe orang yang mudah terganggu dengan imaji-imaji yang disturbing.

Secara sederhana Haw Par Villa dapat diibaratkan sebagai visualisasi tiga dimensi dari ajaran Tiongkok tentang hari akhir dan kehidupan sesudah kematian. Tidak keliru jika taman ini dapat dikategorikan sebagai wisata religi di tengah hiruk-pikuk kehidupan duniawi Singapura.
Dalam kepercayaan Tiongkok, setelah terjadinya kematian, manusia akan menjalani Penghakiman atas segala perbuatan yang pernah mereka lakukan di dunia. Masing-masing Penghakiman dikomandoi oleh satu Yama atau Dewa Kematian yang berbeda.
Apa saja 10 Penghakiman tersebut? Ini dia.
Penghakiman Pertama (Yama: King Qinguang)
Setelah seseorang meninggal, King Qinguang akan melakukan penilaian amal kebajikannya. Di Penghakiman ini, manusia dipilah berdasarkan amalnya. Mereka yang kebajikannya melebihi keburukannya akan dibawa ke Jembatan Emas dan Jembatan Perak yang menuju nirwana. Sementara mereka yang lebih banyak berbuat bejat akan menerima hukuman yang diberikan dalam Penghakiman yang berbeda-beda.

Penghakiman ke-Dua (Yama: King Chujiang)
Di Penghakiman kedua inilah dimulai pemberian hukuman kepada manusia. Hukuman diberikan sesuai dengan kesalahan yang diperbuatnya selama hidup.
Mereka yang melukai orang lain, menipu, atau mencopet akan dilempar ke dalam kawah lahar panas. Lihat bagaimana dioramanya cukup menggambarkan kondisi lahar yang memerah karena panas.

Pelaku korupsi, penjudi, dan perampok akan diganjar dengan hukuman dibekukan dalam balok-balok es.

Berbuat zina akan diganjar dengan hukuman diceburkan ke dalam kolam darah kotor hingga tenggelam.

Penghakiman Ke-Tiga (Yama: King Songdi)
Orang-orang yang tidak bersyukur, tidak menghargai orang yang lebih tua, atau lari dari tahanan akan dihukum dengan cara jantungnya dicabut keluar dari tubuh. Acungan jempol layak diberikan kepada kreator diorama yang sukses menyajikan adegan ini dengan cukup mendetail. Coba Anda perhatikan golok di tangan kanan si Algojo yang dibenamkan ke dada korban, sementara tangan kirinya mencabut jantung si korban keluar dari tubuh. Mengesankan namun sekaligus menakutkan.

Mereka yang kecanduan narkoba, penjarah makam, dan suka memaksa orang berbuat jahat akan diikat pada tiang besi panas hingga terpanggang. Ekspresi kesakitan tergambar dari wajah manusia-manusia yang tengah disiksa.

Penghakiman Ke-Empat (Yama: King Waguan)
Pelaku kejahatan seperti menunggak pajak, tidak membayar hutang, atau mencurangi usaha, akan ditumbuk (ya, ditumbuk) berkali-kali dengan palu batu raksasa.

Sementara orang yang tidak akur dengan saudara dan tidak menghargai leluhur akan dihukum dengan cara ditimpa dengan batu raksasa. I can’t even…

Penghakiman Ke-Lima (Yama: King Yanluo)
Mereka yang pernah membunuh orang demi uang atau tengkulak yang sengaja memberi bunga berlebihan pada uang yang ia pinjamkan akan dilempar ke bukit penuh pisau raksasa. Ukurannya pisaunya demikian besar hingga lebih layak jika disebut paku raksasa, atau tombak, atau sula.

Di sudut diorama ini terdapat diorama lain bernama “Viewing Home Tower” di mana digambarkan sesama pendosa bisa melihat kondisi keluarga mereka yang sedang disiksa sebagai akibat perbuatan jahatnya di dunia. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain menatap sedih sekaligus meratapi nasib mereka sendiri.

Saya berhenti sejenak, kemudian menghela nafas. Ada banyak pikiran menggelayut menyaksikan diorama-diorama tadi.
Namun, Penghakiman ini belum usai, baru setengah jalan. Masih ada lima Penghakiman lainnya. Lalu masih ada patung-patung absurd di sekitar taman luar ruang pameran, yang menanti untuk dijelajahi.
————————————————————–
Selanjutnya saya tulis di Haw Par Villa: Wisata Religi Antimainstream di Sudut Singapura (Bagian 2).
Serem patungnya
Kalo di Indonesia, anak2 era 90-an akhrab dengan komik Siksa Neraka, anak2 di Singapura kalo bandel mungkin bakal dibawa mak bapaknya kesini kali yah…
Beberapa kali ke singapur jaman masih di TBK nggak pernah kesini karena emang gak ada di brosur wisata
auranya kusam maksudnya agak spooky apa gimana gitu mas?
LikeLiked by 1 person
Wuih komik siksa neraka! Bener banget, kayanya itu yang paling pas buat gambarin taman ini. Isinya mirip hehe.
Iya mas, ini sebenernya bukan atraksi wisata utama sih ya. Ga banyak juga yang mengunjungi. Menurut saya tempatnya terkesan lusuh dan kurang terawat gitu. Lokasinya juga agak di pinggir, jadi sepi banget. Siang-siang aja main ke sini cuma ada beberapaorang. Sepertinya pemeliharaannnya mengandalkan tiket masuk aj, jadi agak-agak terbatas.
LikeLiked by 1 person
Jadi pengen kesini deh, menyesali semua kesalahan huhu
LikeLiked by 1 person
Kurang dari dua jam kok mas dari jambi, monggo disambangi :)))
LikeLiked by 1 person
Belum ada flight langsung dari Jambi hihi… Masih interlokal mah bandaranya 🙂
LikeLiked by 1 person