Senandika Malam

Stereotype

DSC02071

Apa yang Anda lakukan jika tiba-tiba ada anak kecil terjatuh lalu menangis di depan Anda?

Bisa jadi anak atau keponakan Anda sendiri misalnya.

Mudah ditebak, kita akan merangkul dan menenangkannya.

Itu saja? Ternyata tidak.

Kebanyakan dari kita kemudian akan secara otomatis bertanya pada si anak, dan dialog-dialog berikut kemudian muncul:

“Siapa tadi yang jahat? Lantainya yang jahat ya?

Mana lantainya mana? Ayo kita pukul lantainya!”

Biasanya kemudian dilanjutkan dengan akting seolah-olah memukul lantai, atau benda apapun yang membuat si anak tersandung dan jatuh.

Lalu si anak pun terdiam dan berhenti menangis saat tahu bahwa si lantai sudah dipukul.

Bagaimana?

Anda merasa pernah berbuat seperti itu?

Sengaja atau tidak sengaja, itulah stereotype yang tertanam dalam pikiran kita saat menemukan anak kita terjatuh.

Tapi ternyata hal sekecil itu besar akibatnya. Dengan memukul lantai atau benda apapun yang menjadi penyebab jatuhnya si anak, secara tidak langsung kita mengajarkan si anak bahwa “harus selalu ada yang disalahkan jika terjadi suatu peristiwa”.

Memukul lantai juga mengisyaratkan bahwa “orang yang salah selalu harus dihukum dengan kekerasan”. Dan yang paling parah, hal semacam ini mengajarkan anak untuk “selalu menyalahkan pihak lain atas kejadian yang menimpa dirinya, dan tidak belajar memahami bahwa bisa saja kejadian tersebut terjadi karena kesalahannya sendiri”.

Bukankah bisa saja si anak tadi terjatuh karena dirinya yang tidak memperhatikan jalanan, atau dirinya yang berlari tanpa melihat sekeliling, atau karena ia tidak memakai sepatu, dan sebagainya.

Pengajaran sederhana tadi sepertinya berlaku umum di negara kita. Akibatnya bisa kita saksikan sekarang. Mayoritas dari kita akan selalu mencari alasan dan menunjuk orang lain untuk disalahkan, setiap kali ada kekeliruan yang menyangkut diri kita atau tanggung jawab kita yang tidak terselesaikan. Jika ditanya kenapa terlambat datang misalnya, kita spontan akan memberi alasan macet, meskipun nyatanya kita terlambat karena ketiduran.

Begitulah.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: