Seorang teman baru saja kehilangan hewan peliharaan. Seekor anjing, yang karena usia tua dan masalah di pencernaan, akhirnya harus pergi meninggalkan majikannya. Teman saya ini lalu memperbarui halaman Facebook-nya, mewartakan kehilangan sang peliharaan.
Hal yang biasa bukan?
Yang menarik bukan isi pemberitahuan yang ditulis teman saya tadi, tapi salah satu tanggapan dari temannya yang tertulis di kolom komentar. Teman dari teman saya ini menulis:
“Kok bisa? Ga dibawa ke dokter emangnya?”
Sepintas tidak ada yang aneh dengan tanggapan tersebut. Namun, siapapun yang pernah memelihara hewan dalam jangka waktu lama, mungkin tidak akan melontarkan komentar seperti “Kok bisa?” pada saat mendengar seseorang kehilangan hewan peliharaan.
Peliharaan, apapun jenisnya; anjing, kucing, burung, ikan, angsa, atau kura-kura sekalipun, akan memiliki hubungan khusus dengan pemiliknya. Mereka, yang kita sebut binatang, seringkali menunjukkan perilaku menakjubkan. Mereka menyayangi pemiliknya setulus hati, berlari kecil menghampiri jika dipanggil, menanti di teras depan setiap kali sang pemilik pulang, menempel manja, dan kadang-kadang buang kotoran sembarangan untuk menarik perhatian si majikan. Loyalitas mereka jauh melampaui makhluk bernama manusia.
Saya pernah memiliki beberapa kucing sekaligus, dari lahir hingga akhirnya mati. Catatan hubungan saya dengan peliharaan berlanjut saat kami di rumah memiliki beberapa ekor burung. Saya pernah juga membesarkan seekor kura-kura brazil dari seukuran ujung jari hingga besarnya melebihi telapak tangan. Cukup beragam. Kebiasaan memelihara hewan ini membuat saya sedikitnya paham bahwa memelihara binatang berarti menciptakan hubungan dengan si hewan.
Memelihara binatang, berarti menciptakan pertemanan dengan spesies berbeda. Yang tak bisa bicara layaknya manusia. Yang tidak berprasangka. Yang datang saat dipanggil dan menggelosor manja tanpa izin. Hubungan yang terbentuk ini kadang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Memiliki hewan peliharaan, berarti membentuk rantai hubungan yang akan semakin kuat seiring bertambahnya usia hubungan tersebut. Dan seiring dengan menuanya usia hubungan, tentu adalah hal yang wajar jika terasa perih saat perpisahan datang.
Ada yang bilang, “Selamanya kita bertanggung jawab terhadap apapun yang kita jinakkan”.
Ya, peliharalah hewan, dan kita akan belajar bertanggung jawab terhadap nyawa makhluk hidup.
Peliharalah hewan, maka kita akan lebih menghargai sesama makhluk Tuhan.
Peliharalah hewan, dan kita akan merasakan sedihnya saat ia berlalu meninggalkan teman manusianya.
Kehilangan hewan peliharaan bagaimanapun akan meninggalkan celah di hati pemiliknya.
Celah kosong yang mendatangkan kemuraman.
Kemuraman yang tidak akan dapat dimengerti oleh mereka yang memandang hewan murni sebagai binatang.
Demikian.