Senandika Malam

Rumput Tetangga

20150426_134837

Si A punya mobil, saya kok cuma punya motor?

Si B diterima kerja di Bank, enak juga kali ya?

Si C setiap tahun jalan-jalan ke luar negeri, saya kapan ya?

Dan lain sebagainya, dan seterusnya.

Setiap kali kita memandang orang lain, kita seringkali berpikiran sama. Betapa beruntungnya mereka. Betapa menyenangkannya menjadi mereka. Betapa dan betapa lainnya.

Lalu perlahan, kekaguman tersebut berubah menjadi penyesalan, kenapa kita tidak ditakdirkan seperti mereka. Kekaguman tersebut pelan-pelan berubah menjadi rasa iri yang bertumpuk dan menjadi benci. Lalu muncul konflik.

Konflik dalam diri sendiri yang akhirnya tertularkan pada orang lain.

Rumput tetangga memang akan selalu terlihat lebih hijau dibanding rumput di halaman sendiri. Namun ketimbang menghabiskan waktu mengagumi hijaunya rumput tetangga dan menyesali rumput sendiri, jauh lebih baik jika kita mulai menyirami rumput halaman sendiri, memupuk dan merawatnya, hingga kelak bisa sehijau dan serimbun rumput tetangga.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: