Si A punya mobil, saya kok cuma punya motor?
Si B diterima kerja di Bank, enak juga kali ya?
Si C setiap tahun jalan-jalan ke luar negeri, saya kapan ya?
Dan lain sebagainya, dan seterusnya.
Setiap kali kita memandang orang lain, kita seringkali berpikiran sama. Betapa beruntungnya mereka. Betapa menyenangkannya menjadi mereka. Betapa dan betapa lainnya.
Lalu perlahan, kekaguman tersebut berubah menjadi penyesalan, kenapa kita tidak ditakdirkan seperti mereka. Kekaguman tersebut pelan-pelan berubah menjadi rasa iri yang bertumpuk dan menjadi benci. Lalu muncul konflik.
Konflik dalam diri sendiri yang akhirnya tertularkan pada orang lain.
Rumput tetangga memang akan selalu terlihat lebih hijau dibanding rumput di halaman sendiri. Namun ketimbang menghabiskan waktu mengagumi hijaunya rumput tetangga dan menyesali rumput sendiri, jauh lebih baik jika kita mulai menyirami rumput halaman sendiri, memupuk dan merawatnya, hingga kelak bisa sehijau dan serimbun rumput tetangga.